Minggu, 04 Juli 2010

PERSESUAIAN ANTARA AWAN, HUJAN, DAN ARUS ANGIN

PENDAHULUAN
Allah SWT. menciptakan alam semesta untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai khalifah di muka bumi. Manusia tidak bisa tidak berinteraksi dengan alam untuk menjalankan tugas mulianya sebagai khalifah tersebut. Interaksi antara manusia dengan alam bisa terjadi dalam dua bentuk, yaitu hubungan positif dan negatif. Hubungan positif antara manusia dan alam ditandai dengan adanya keharmonisan atau keseimbangan kehidupan. Sedangkan hubungan negative antara manusia dan alam ditandai dengan adanya perilaku ekploitatif yang dilakukan manusia terhadap alam dan munculnya gejala-gejala fenomena alam sebagai akibat dari tindakan ekploitatif manusia terhadap alam.

Hujan merupakan salah satu bentuk fenomena alam yang sering manusia saksikan. Bagi sebagian orang hujan itu adalah anugerah dari Allah SWT. yang dapat membantu berlangsungnya kehidupan. Hal seperti ini dirasakan oleh sekelompok orang yang memeliki mata pencaharian bertani, berkebun atau bercocok tanam, karena hujan bagi mereka bisa membantu menyuburkan tanah pertanian. Hujan juga bagi sebagian orang menjadi sumber mata pencaharian baru. Banyak orang yang menawarkan jasa untuk mendorong kendaraan pada beberapa ruas jalan raya yang sering terjadi banjir ketika hujan. Akan tetapi, bagi sebagian orang yang lain hujan adalah sesuatu yang sangat meresahkan. Beberapa daerah yang mengalami cekungan pada permukaan tanahnya harus siap-siap bergegas untuk mengungsi ke tempat-tempat penampungan korban banjir ketika curah hujan yang tinggi terjadi setiap hari.

Hujan sebagai salah satu fenomena alam yang memberikan dua sisi (positif dan negatif) itu ternyata terjadi melalui proses. Selama ini manusia hanya sebatas melihat hujan itu adalah turunnya air dari langit menuju bumi. Padahal proses terjadinya hujan itu sangat menakjubkan. Dalam prosesnya itu, hujan melibatkan uap air yang berasal dari bumi, arus angin dan awan. Kesesuaian antara uap air yang berasal dari bumi, arus angin dan awan kemudian mengakibatkan terjadinya hujan.


PEMBAHASAN
PERSESUAIAN ANTARA AWAN, HUJAN, DAN ARUS ANGIN

“Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpon, air sawah, air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain sebagainya”.[1] “Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air”.[2] Jadi hujan itu berasal dari uap air bumi yang naik ke udara dan kembali lagi menuju ke bumi.

Panas matahari menjadikan bumi menguap. Hal ini persis sama seperti ketika kita memanaskan air. Air dengan tingkat pemanasan yang tinggi mengakibatkan air tersebut mendidih, mengeluarkan uap, dan uapnya melayang ke udara. Begitu juga dengan bumi yang memiliki kandungan air dengan tingkat pemanasan matahari yang cukup tinggi akhirnya mengalami penguapan dan uap tersebut melayang ke udara. “Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang mengua/menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain”.[3] “Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal”. [4]

“Sejumlah besar air bumi berada di langit: Setiap awan mengandung ribuan—terkadang jutaan—ton air dalam betuk uap. Dari waktu ke waktu, sebagian uap air ini berubah menjadi tetesan dan jatuh ke tanah: dengan kata lain, turun hujan. Bahkan udara yang Anda hirup sekarang mengandung sejumlah uap air”.[5] Dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505x1012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takaran”. [6]

Air telah menjadi bagian hidup dari manusia. Ketiadaan air akan mengakibatkan kesulitan bagi kehidupan manusia. Maha Suci Allah yang telah menciptakan manusia dan bumi ini dengan kandungan air yang sangat besar. Harun Yahya menjelaskan:
Singkatnya, belahan mana pun dari permukaan bumi yang Anda lihat, Anda pasti akan melihat air di suatu tempat. Bahkan, ruangan tempat Anda duduk pada saat ini barangkali mengandung sekitar empat puluh sampai lima puluh liter air. Lihatlah ke sekeliling. Anda tidak bisa meli-hatnya? Lihat lagi, lebih cermat, kali ini dengan mengalihkan mata Anda dari tulisan ini dan amatilah tangan, lengan, kaki, serta tubuh Anda. Andalah 40-50 liter air itu!
Andalah, karena sekitar 70% tubuh manusia adalah air. Sel tubuh Anda mengandung pelbagai macam zat tetapi tak ada yang sebanyak atau sepenting air. Bagian terbesar dari darah yang beredar di setiap tem-pat dalam tubuh Anda tentu saja air. Tetapi ini tidak hanya berlaku bagi Anda sendiri atau orang lain: sebagian besar tubuh semua makhluk hidup adalah air. Tanpa air, tampaknya kehidupan tidak mungkin ada.Air adalah zat yang dirancang secara khusus untuk menjadi dasar kehidupan. Setiap sifat fisik dan kimianya khusus diciptakan untuk kehidupan. [7]

“Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula”. [8] Adapun visualisasi dari proses terjadinya hujan itu adalah sebagai berikut:



Gambar 1: Proses terjadinya hujan
Sumber: http://www.tanindo.com/abdi18/gambar/hal11a.jpg, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 13.24 WIB

Gambar 2: Proses terjadinya hujan
Sumber:http://www.pasarkreasi.com/gambar/gambarnews555.jpg, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 13.25 WIB


Allah menurunkan air hujan sesuai dengan kebutuhan manusia. “Dalam ayat kesebelas surat Az-Zukhruf, hujan didefinisikan sebagai air yang dikirimkan “menurut kadar”. “Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan).” [9] Selain itu jatuhnya air dari langit menuju bumi itu dengan kecepatan yang telah ditentukan juga.
Sudah tentu, hujan turun ke bumi dalam takaran yang tepat. Takaran pertama yang berhubungan dengan hujan adalah kecepatan turunnya. Benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan, bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter, akan mengalami percepatan terus-menerus dan jatuh ke bumi dengan kecepatan 558 km/jam. Akan tetapi, rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam. Air jatuh ke bumi dengan kecepatan yang rendah karena titik hujan memiliki bentukkhusus yang meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumidengan kecepat-an yang lebih rendah. Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tidak memiliki sifat gesekan, bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan. Hal ini menjadi jelas hanya dengan melihat angka-angka di bawah ini secara sekilas.
Ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter. Efek yang ditimbulkan oleh satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari ketinggian 15 cm. Awan hujan pun dapat ditemui pada ketinggian 10.000 meter. Pada kasus ini, satu tetes air yang jatuh akan memiliki efek yang sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari ketinggian 110 cm. Dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505x1012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takaran. [10]

“Tahapan pembentukan hujan baru dapat dipelajari setelah radar cuaca ditemukan. Menurut radar, pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan; ketiga, turunnya hujan”. Gambar radar cuaca tersebut adalah sebagai berikut:


Gambar 3: Radar Cuaca
Sumber: http://www.ubergizmo.com/photos/2007/11/weather-radar.jpg, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 14.14 WIB
“A weather radar, or weather surveillance radar (WSR), is a type of radar used to locate precipitation, calculate its motion, estimate its type (rain, snow, hail, etc.), and forecast its future position and intensity”. [11] (Sebuah radar cuaca, atau radar penyurvei cuaca/Weather Surveillance Radar (WSR), adalah jenis radar digunakan untuk menemukan presipitasi, menghitung gerakannya, memperkirakan jenisnya (hujan, salju, hujan es, dll), dan proyeksi posisi masa depan dan intensitas). Modern weather radars are mostly pulse-Doppler radars, capable of detecting the motion of rain droplets in addition to intensity of the precipitation. Both types of data can be analyzed to determine the structure of storms and their potential to cause severe weather. [12] (radar cuaca modern kebanyakan pulse-Doppler radar, mampu mendeteksi gerak tetesan hujan di samping intensitas curah hujan tersebut. Kedua jenis data dapat dianalisa untuk menentukan struktur badai dan potensi mereka untuk menyebabkan cuaca buruk).

Tiga tahap pembentukan hujan yang dilacak oleh radar cuaca ternyata sesuai dengan firman Allah SWT. surah Al-A’raaf (7) ayat 57 sebagai berikut:

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. [13]

Lalu Allah berfirman dalam surah Ar-Rum (30) ayat 48 sebagai berikut:
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. [14]

Harun Yahya memberikan penjelasan mengenai ketiga tahapan pembentukan hujan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Tahap pertama: “Dialah (Allah) yang mengirim angin …”Sejumlah besar gelembung udara terbentuk karena buih di lautan secara terusmeneruspecah dan menyebabkan partikel air disemburkan ke langit. Partikel yang kayagaramini kemudian dibawa angin dan naik ke atmosfer. Partikel-partikel ini, yang disebutaerosol, berfungsi sebagai perangkap air. Inilah yang akan membentuk titik-titik awandengan mengumpulkan uap air di sekitarnya, yang kemudian naik dari lautan sebagaitetesan kecil.
Tahap kedua: “.......menggerakkan awan dan Allah membentang-kannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”Awan terbentuk dari uap air yang meng-embun di sekitar kristal garam atau partikel debu di udara. Karena tetesan air di awan sangat kecil (dengan kisaran diameter 0,01 dan 0,02 mm), awan menggantung di udara dan menyebar di langit, sehingga langit tertutup oleh awan.
Tahap ketiga: “... lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya.” Partikel air yang mengelilingi kristal ga-ram dan partikel debu akan bertambah tebal dan membentuk tetesan hujan, sehingga tetes-an hujan akan menjadi lebih berat daripada udara, dan mulai jatuh ke bumi sebagai hujan. [15]
“Ilmu pengetahuan modern telah menjelaskan sejauhmana terdapat keharmonisan antara awan hujan dan angin. Ini sebagaimana yang telah terdahulu disebutkan dalam Al-Qur’an dan dapat kita lihat di antara ayat-ayat ilmiah yang terdapat di dalamnya”. [16]

Al-Qur’an tidak hanya menyibak proses turunnya hujan yang sangat menakjuban. Ada yang lebih menakjubkan lagi, yaitu rasa air hujan yang tawar. Padahal penguapan air di bumi itu yang paling besar adalah penguapan dari laut yang notabene airnya asin. Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nahl (16) ayat 10 sebagai berikut:

Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. [17]

Dalam surah Al-Hijr (15) ayat 22 Allah berfirman sebagai berikut:

Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. [18]

“Sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”, adalah masalah ilmiah yang lain, yang menyatakan dengan tegas dan jelas bahwa air tawar itu tidak dapat disimpan di tempat tertentu. Tetapi, dia tunduk kepada siklus global di antara langit dan bumi. Ini dikenal dengan sebutan “siklus air di antara langit dan bumi”. [19] Harun Yahya menjelaskan:
Seperti telah kita ketahui, air hujan berasal dari penguapan air dan 97% merupakan penguapan air laut yang asin. Namun, air hujan adalah tawar. Air hujan bersifat tawar
karena adanya hukum fisika yang telah ditetapkan Allah. Berdasarkan hukum ini, dari manapun asalnya peng-uapan air ini, baik dari laut yang asin, dari danau yang mengandung mineral, atau dari dalam lumpur, air yang menguap tidak pernah mengan-dung bahan lain. Air hujan akan jatuh ke tanah dalam keadaan murni dan bersih, sesuai dengan ketentuan Allah
“… Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. ” (QS. Al Furqan, 25: 48). [20]

Hujan memberikan dua pola interaksi terhadap manusia, yaitu positif dan negatif. Bagi sebagian orang hujan itu adalah anugerah dan menguntungkan, tapi bagi sebagiannya lagi hujan itu adalah musibah dan merugikan. Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari bumi, kemudian air itu menguap naik ke udara dan kembali lagi menuju ke bumi. Panas matahari lah yang mengakibatkan air di bumi menguap.

Ada kesesuaian antara awan, hujan, dan arus angin. Menurut radar cuaca ada tiga tahapan dalam pembentukan hujan, yaitu pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan; ketiga, turunnya hujan. Penyurveian melalui radar cuaca ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah surah Al-A’raaf (7) ayat 57 dan surah Ar-Rum (30) ayat 48. Kesesuaian Al-Qur’an dan dunia ilmiah telah membuktikan kemu’jizatannya.

Al-Qur’an tidak hanya menyibak proses turunnya hujan yang sangat menakjuban. Ada yang lebih menakjubkan lagi, yaitu rasa air hujan yang tawar. Padahal penguapan air di bumi itu yang paling besar adalah penguapan dari laut yang notabene airnya asin. Ada masalah ilmiah yang lain, yang menyatakan dengan tegas dan jelas bahwa air tawar itu tidak dapat disimpan di tempat tertentu. Tetapi, dia tunduk kepada siklus global di antara langit dan bumi. Ini dikenal dengan sebutan siklus air di antara langit dan bumi.

[1] http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2010/05/proses-terjadinya-hujan-alami.html, Minggu, 5 Juni 2010, Pukul 08.10 WIB
[2] http://organisasi.org/proses-terbentuknya-terjadinya-hujan-alami-dan-buatan-ilmu-pengetahuan-fisika, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 13.17 WIB
[3] http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2010/05/proses-terjadinya-hujan-alami.html, Minggu, 5 Juni 2010, Pukul 08.10 WIB
[4] http://organisasi.org/proses-terbentuknya-terjadinya-hujan-alami-dan-buatan-ilmu-pengetahuan-fisika, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 13.17 WIB
[5] Harun Yahya, Penciptaan Alam semesta, (gramedia-online-download-buku-gratis.blogspot.com), hal. 73
[6] Harun Yahya, Manusia dan Alam Semesta (http://arie-yona.blogspot.com/)
[7] Harun Yahya, Penciptaan Alam semesta….. hal. 73
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 13.21 WIB
[9] Harun Yahya, Manusia dan Alam Semesta (http://arie-yona.blogspot.com/)
[10] Ibid.
[11] http://en.wikipedia.org/wiki/Weather_radar, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 14.02 WIB
[12] Ibid.
[13] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hal. 157
[14] Ibid., hal. 409
[15] Harun Yahya, Manusia dan Alam Semesta (http://arie-yona.blogspot.com/)
[16] Muhammad Kamil Abdushshamad, Mu’jizat Ilmiah dalam Al-Qur’an, Penerjemah: Alimin, Ghane’im Ihsan, dan Uzair Hamdan (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2002), hal. 108
[17] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya….. hal. 268
[18] Ibid., hal. 263
[19] Muhammad Kamil Abdushshamad, Mu’jizat Ilmiah dalam Al-Qur’an….. hal. 109
[20] Harun Yahya, Manusia dan Alam Semesta (http://arie-yona.blogspot.com/)

DAFTAR PUSTAKA

Abdushshamad, Muhammad Kamil, Mu’jizat Ilmiah dalam Al-Qur’an, Penerjemah: Alimin, Ghane’im Ihsan, dan Uzair Hamdan. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2002
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009
http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2010/05/proses-terjadinya-hujan-alami.html, Minggu, 5 Juni 2010, Pukul 08.10 WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/Weather_radar, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 14.02 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 13.21 WIB
http://organisasi.org/proses-terbentuknya-terjadinya-hujan-alami-dan-buatan-ilmu-pengetahuan-fisika, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 13.17 WIB
http://www.pasarkreasi.com/gambar/gambarnews555.jpg, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 13.25 WIB
http://www.tanindo.com/abdi18/gambar/hal11a.jpg, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 13.24 WIB
http://www.ubergizmo.com/photos/2007/11/weather-radar.jpg, Sabtu 4 Juni 2010, Pukul 14.14 WIB
Yahya, Harun, Manusia dan Alam Semesta (http://arie-yona.blogspot.com/)

Yahya, Harun, Penciptaan Alam semesta, (gramedia-online-download-buku-gratis.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar