Sabtu, 17 April 2010

UKHUWAH ISLAMIYYAH

INDAHNYA UKHUWAH ISLAMIYYAH
Keyakinan bahwa antara seorang muslim dengan muslim lain adalah bersaudara merupakan dasar dalam interaksi umat Islam. Dengan adanya keyakinan dalam interaksi tersebut, maka akan terjadi ikatan yang sangat kuat antar sesama muslim. Selanjutnya ikatan tersebut disebut dengan istilah ukhuwah islamiyyah.
Ukhuwah pada awalnya berarti “persamaan (equality) dan keselarasan dalam berbagai hal”. Dalam kamus-kamus Bahasa Arab, teman dekat atau sahabat itu diistilahkan dengan istilah “akh”. Kata “akh” merupakan bentuk kata tunggal (isim mufrod/singular noun). Kata “akh” memiliki dua bentuk jamak (plural noun), yaitu “ikhwan dan ikhwah”. Ikhwan berarti persaudaraan dalam arti tidak sekandung. Sedangkan ikhwah adalah persaudaraan dalam arti sekandung atau seketurunan.
Ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang ukhuwah islamiyyah ini adalah Surat Al-Hujuraat (49): 10. Allah SWT. berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخْوَيْكُمْ, وَاتَّقُوْااللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Ayat ini sangat menarik untuk dikaji, telebih jika kata ikhwah dalam ayat ini dikaitkan dengan dua bentuk jamak (plural noun) dari kata akh di atas. Ketika berbicara tentang ukhuwah, Al-Qur’an justru menggunakan kata ikhwah. Lantas yang jadi pertanyaannya, “mengapa Allah menggunakan kata ikhwah untuk menjelaskan ukhuwah ini? Padahal kata ikhwah ini menunjukan kepada persaudaraan dalam arti sekandung atau seketurunan. Terlebih jika melihat realitasnya, justru kita menemukan keberagaman dalam internal umat Islam (keberagaman dari sisi suku, bangsa, keturunan, dan lain-lain).
Pertanyaan di atas menjadi inspirasi bagi kita untuk menemukan kolerasi antara kata ikhwah yang digunakan dalam ayat tersebut dengan realitas yang majemuk. Sebenarnya kita tidak perlu mempertentangkan antara penggunaan istilah dengan realitasnya, karena Allah menggunkan kata ikhwah dalam ayat tersebut memiliki tujuan. Tujuannya adalah untuk menegaskan dan mempererat jalinan atau hubungan antar sesama umat Islam. Seolah-olah hubungan tersebut tidak hanya diikat oleh keimanan saja, melainkan juga seolah dijalin pula dengan persaudaraan seketurunan yang ditunjuk oleh kata ikhwah tersebut. Dengan demikian tidak ada satu argumentasi pun untuk meretakan hubungan antar sesama umat Islam.
Begitu indahnya persaudaraan antar sesama umat Islam ini. Hingga Rasulullah SAW. pun bersabda;
عَنْ أَبىِ مُوْسَى عَنِ الْنَّبيِّ ص قَاَلَ: الْمُؤْمِنُ بِاِلْمُؤْمنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهَا بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ .
Dari Abu Musa dari Nabi Muhammad SAW. beliau bersabda: “Orang mu’min yang satu dengan mu’min lain itu bagaikan sebuah bangunan yang saling mengokohkan antara yang satu dengan yang lainnya, kemudian Nabi mengepalkan jari jemarinya”. (HR Imam Al-Bukhori, Shahih Al-Bukhori, Vol. IV, Beirut; Maktabah Al-Ashriyyah, 2004, hlm. 1228)
Sungguh indah sekali gambaran ikatan persaudaraan dalam Islam ini, bahkan lebih indahnya lagi dalam hadits lain diriwayatkan bahwa ikatan persaudaraan antar sesama umat Islam itu bagaikan satu tubuh, jika ada seorang mu’min yang sakit, maka mu’min lainnya akan meraskan kesakitannya (empati). Sebagaimana Nabi bersabda:
عَنِ الْنُّعْمَانِ بْنِ بَشَرٍ يَقُوْلُ قَاَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص: تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالْسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
Dari Nu’man bin Basyir dia berkata, Rasululah SAW. telah bersabda: “Terlihat dalam diri orang-orang beriman itu saling kasih sayang dan saling cinta diantara mereka, hal itu seperti tubuh ini, apabila salah satu anggota badannya merasakan sakit, maka menjalarlah rasa sakit itu ke seluruh tubuhnya hingga tidak dapat tidur dan terasa panas dingin. (HR Imam Al-Bukhori, Shahih Al-Bukhori, Vol. IV, Beirut; Maktabah Al-Ashriyyah, 2004, hlm. 1229)
Akhirnya, tak ada hal yang selalu mendorong kita untuk berbuat kebaikan melainkan firman Allah. Tak ada seorangpun yang menjadi rujukan kita dalam berbuat kebaikan melainkan Rasulullah, karena akhlaqnya mencerminkan firman Allah. Dan tak ada sesuatu yang paling indah di dunia ini melainkan hidup berdampingan erat dengan sesama muslim yang didasari atas dasar rasa cinta dan kasih sayang karena Allah dan rasul-Nya. Hidup penuh dengan ketenangan dan kedamaian menjadi cita-cita kita semua. Karena itu, marilah kita jalin ukhuwah islamiyyah dengan didasari keyakinan bahwa antara seorang muslim dengan muslim lain adalah bersaudara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar