Selasa, 15 Desember 2009

SISTEM KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

SISTEM KOMUNIKASI INTRAPERSONAL[1]

Sistem adalah susunan cara yang teratur yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan komunikasi intrapersonal adalah proses komunikasi yang terjadi pada seseorang dengan dirinya sendiri. Contoh: Andi merenung seorang diri dan sedang memikirkan sesuatu yang belum dipahami olehnya. Kemudian ia bertanya kepada dirinya sendiri tentang sesuatu yang belum dipahami olehnya tersebut.

Berdasarkan definisi di atas, maka kita dapat membuat suatu definisi dari sistem komunikasi intrapersonal ini. Sistem komunikasi intrapersonal adalah susunan cara yang teratur yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya yang terjadi pada seseorang dalam rangka untuk melakukan komunikasi dengan diri pribadinya.

Sistem komunikasi intrapersonal mengantarkan kita kepada pemahaman bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya dan menghasilkannya kembali. Sistem komunikasi intrapersonal ini meliputi empat komponen, yaitu sensasi, persepsi, memori dan berfikir. Keempat komponen ini tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.

1. Sensasi

Sebelum membahas sensasi dan komponen lain yang terdapat didalam sistem komunikasi intrapersonal, maka alangkah lebih baiknya kami memulainya dengan sedikit pembahasan mengenai stimuli, sehingga kita dapat memahami sistem komunikasi intrapersonal tersebut dengan mudah. Stimuli adalah rangsangan atau dorongan yang mengakibatkan seseorang memperhatikan dan memberikan pandangan atau penilaian terhadap rangsangan atau dorongan tersebut. Stimuli juga dapat diartikan: segala sesuatu yang menyentuh alat indera, baik berasal dari dalam maupun dari luar.

Sensasi berasal dari kata sense yang berarti alat penginderaan yang menghubungkan orgasme dengan lingkungannya. Benyamin B. Wolman (1973: 39) menjelaskan, ‘sensasi adalah pengalaman elementer yang segera yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan penggunaan alat indera’.

Berdasarkan pemaparan di atas kita dapat mengetahui kolerasi antara stimuli dengan sensasi. Jadi kolerasi antara keduanya adalah terjadi dalam suatu sebab-akibat (kausalitas). Stimuli itu mengakibatkan sensasi. Dengan demikian keberadaan sensasi itu tidak dapat berdiri dengan sendirinya, justru keberadaannya itu sangat dipengaruhi oleh keberadaan stimuli.

Lefrancois (1974: 39) menjelaskan, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indera manusia sama, bahkan mungkin lebih dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga menginderakan cahaya dan humiditas. Hal ini senada dengan apa yang dijelaskan oleh John Locke dan Berkeley. John Lock mengatakan ‘tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat alat indera’. Berkeley menjelaskan, ‘andaikan kita tidak memiliki alat indera, maka dunia ini tidak akan ada’.

Kita mengenal lima alat indera yang lebih dikenal dengan istilah pancaindera. Dalam psikologi alat indera itu ada sembilan, yaitu penglihatan, pendengaran, kinestetis, vestibular, perabaan, temperature, rasa sakit, perasa dan penciuman. Berdasarkan sumber informasinya, maka kita dapat membagi alat indera ini menjadi tiga kelompok. Pertama, alat indera yang menerima informasi dari luar adalah eksteroseptor (misalnya telinga dan mata). Kedua, alat indera yang menerima informasi dari dalam adalah interoseptor (misalnya sistem peredaran darah). Ketiga, alat indera yang mengindera gerakan tubuh sendiri adalah proprioseptor (misalnya organ vestibular).

Ketajaman sensasi sangat ditentukan oleh faktor-faktor personal. Faktor-faktor personal di sini meliputi kebiasaan atau kebudayaan, perbedaan pengalaman dan kapasitas alat indera yang berbeda. Sebagai contohnya adalah banyak orang mengetahui bahwa masakan Padang itu terlalu pedas bagi orang Jawa. Akan tetapi masakan Padang itu biasa-biasa saja bagi orang Sumatra Barat. Di sinilah terletak perbedaan antara orang Jawa dengan orang Sumatra Barat dalam mempersepi masakan padang tersebut. Orang Jawa tidak begitu sering memakan makanan yang sangat pedas. Sedangkan orang Sumatra Barat sering memakan makanan yang sangat pedas.

2. Persepsi

Persepsi adalah pandangan atau penilaian terhadap stimuli yang diterima. Persepsi ini erat kaitannya dengan sensasi. Sensasi hanya sekedar respons alat indera dalam menerima stimuli tanpa adanya pandangan atau penilaian terhadap stimuli tersebut. Sedangkan persepsi adalah pandangan atau penilaian terhadap stimuli setelah adanya sensasi. Dengan demikian sensasi itu merupakan bagian dari persepsi.

Kadang-kadang dalam suatu waktu dan keadaan kita melakukan kesalahan sensasi atau persepsi. Anda melihat teman Anda yang sedang melihat-lihat etalase toko. Anda menyergapnya dari belakang, “bangsat lu. Udah lupa sama aku, ya”. Orang itu membalik. Anda terkejut. Ia bukan kawan Anda, tetapi orang yang tidak pernah Anda kenal seumur hidup Anda. Ini bukan kesalah sensasi. Ini kekeliruan persepsi. Bila dosen mengucapkan “bagus”, tetapi Anda mendengar “Agus”, Anda keliru sensasi.

Persepsi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada tiga factor yang sangat mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian (attention), faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

2.1 Perhatian (Attention)

Kenneth E. Andersen (1972: 46) menjelaskan, ‘perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol di dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah’. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampikan masukan-masukan melalui alat indera lain.Ada dua faktor penarik perhatian, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

2.1.1 Faktor Eksternal Penarik Perhatian

Perhatian sangat dipengaruhi oleh determinan perhatian yang bersifat eksternal . Stimuli diperhatikan karena memiliki karakteristik yang dominan, yaitu gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan perulangan.

Gerakan. Secara visual manusia itu lebih tertarik kepada sesuatu yang bergerak. Dalam kalimat lain dapat digambarkan bahwa manusia itu lebih tertarik kepada sesuatu yang aktif ketimbang yang pasif. Sebagai contohnya adalah ketika sedang upacara, maka perhatian orang-orang akan tertuju kepada orang yang bergerak (seperti pemimpin upacara, pengibar Bendera Merah Putih, Pembina upacara dan sejenisnya).

Intensitas stimuli. Manusia akan senantiasa melihat stimuli yang memiliki nilai lebih ketimbang stimuli yang memiliki nilai rendah. Sebagai contohnya adalah ketika Agus diberikan pilihan untuk memilih antara motor bebek Honda tahun 1970 dengan ninja tahun 2009, maka agus lebih memilih ninja tahun 2009 karena motor tersebut memiliki nilai yang sangat jauh berbeda dengan motor bebek Honda tahun 1970.

Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru dan inovatif akan menarik perhatian. Dulu sebelum adanya Face Book orang-orang (terutama para remaja) tertarik kepada Friendster. Akan tetapi setelah adanya Face Book itu, maka orang-orang lebih memilih meninggalkan Friendsternya dan beralih kepada Face Book karena Face Book memiliki nilai kebaruan dan inovatif yang lebih tinggi dari Friendster.

Perulangan. Hal yang disajikan secara berulang-ulang akan menjadi perhatian. Sebagai contohnya adalah dalam pertandingan sepak bola (Championship atau Liga Djarum Super misalnya) Anda adalah seorang top score pencetak gol terbanyak, maka Anda akan mendapatkan perhatian lebih dari kebanyakan orang (apakah itu pelatih, teman se-tim, para supporter atau bahkan tim lawan).

2.1.2 Faktor Internal Penarik Perhatian

Perhatian sangat dipengaruhi oleh faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi perhatian kita itu ada dua, yaitu faktor-faktor biologis dan factor-faktor sosiopsikologis.

Faktor-faktor biologis.Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Pada saat haus, seluruh pikiran didominasi oleh minuman. Yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal lain misalnya tidur.

Faktor-faktor sosiopsikologis. Faktor-faktor ini sangat dipengaruhi oleh motif sosiogenis. Misalnya dalam perjalanan naik gunung, geolog akan memperhatikan batuan, ahli botani akan memperhatikan bunga-bungaan. Ahli zoologi akan memperhatikan binatang, ahli seni akan memperhatikan warna, bentuk dan orang yang bercinta.

2.2 Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai fakor-faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh stimulinya, akan tetapi persepsi itu sangat ditentukan oleh karakteristik orang yang merespons stimuli tersebut. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi ini lazimnya disebut sebagai kerangka rujukan (frame of reference).

Levin, Chein dan Murphy memperlihatkan gambar-gambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa. Gambar tersebut lebih sering ditanggapi sebagai makanan oleh sekelompok mahasiswa yang lapar daripada oleh kelompok mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang berbeda ini tidak disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang diberikan kepada kedua kelompok mahasiswa itu sama.

Murray melakukan eksperimen untuk mengetahui bagaimana suasana mental mempengaruhi persepsi. Sekelompok anak disuruh menceritakan gambar seorang laki-laki sebelum dan sesudah bermain “perang-perangan”. Sesudah perang-perangan, anak-anak cenderung lebih banyak melihat kekejaman pada wajah orang dalam gambar itu.

2.3 Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi

Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para psikolog Gestalt merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural. Prinsip-prinsip ini selanjutnya disebut dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya.

Kohler menjelaskan, jika kita ingin memahami peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya dan dalam masalah yang dihadapinya.

Dalam hubungan dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi: Sifat-sifat perceptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompiknya dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.

Misalnya, Jika Bejo yang terkenal sebagai tokoh gali berpakaian jelek, Anda akan mengira pakaiannya kusut dan kotor. Jika pakaian yang sama dipakai oleh Udin, Kiai yang miskin, Anda mengomentarinya sebagai pakaian yang walaupun lusuh, tetapi ditambal dengan rapid an bersih. Di sini terjadi asimilasi. Sifat-sifat kelompok melemahkan sifat individu. Jika si Yeni (ratu kecantikan) ditemukan dengan rambut yang belum disisir, maka Anda akan menganggapnya tetap cantik, walaupun rambutnya tidak disisir rapi. Tetapi, Jika si Kemong (ratu kejelekan) ditemukan berambut kusut, maka Anda akan segera memberikan komentar, “Jelek sekali apalagi rambutnya berantakan”. Di sini terjadi kontras.

3. Memori

Memori adalah sistem yang sangat berstruktur yang menyebabkan orgasme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap stimuli dating, stimuli itu direkam baik sadar ataupun tidak. Kapasitas memori manusia itu luar biasa.

Memori itu terjadi melalui tiga proses, yaitu perekaman (encoding), penyimpanan (storage) dan pemanggilan (retrieval). Perekaman adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan adalah menentukan berapa lama, dalam bentuk apa dan di mana informasi itu bersama kita. Pemanggilan adalah mengingat lagi, menggunakan informasi yang disimpan. Pemanggilan ini dapat diketahui dengan empat cara, yaitu pengingatan, pengenalan, belajar lagi dan redintegrasi.

Ada beberapa teori dalam memori ini, yaitu teori aus, teori interferensi dan teori pengolahan informasi. Teori aus menjelaskan, memori hilang atau memudar karena waktu. Memori akan kuat bila senantiasa dilatih. Teori interferensi menjelaskan, memori merupakan kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada kanvas itu. Teori pengolahan informasi menjelaskan, informasi mula-mula disimpan pada sensori storage (gudang inderawi), short term memory (memori jangka pendek), lalu dilupakan atau dikoding masuk ke long term memory.

Memori seringkali menghadapi hambatan. Ada beberapa hambatan dalam memori ini. Interferensi menyebabkan terhapusnya rekaman pertama. Inhibisi retroaktif menyebabkan pengingatan pertama berkurang. Inhibisi proaktif menyebabkan lebih sering diingat, lebih jelek daya ingat kita. Dan yang terakhir adalah hambatan motivasional, peristiwa yang melukai hati cenderung kita lupakan.

4. Berpikir

Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi atau memberikan respons tertentu. Ada dua macam berpikir, yaitu austik dan realistik. Austik itu meliputi melamun dan menghayal. Realistik ini meliputi nalar dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Realistik ini terbagi lagi menjadi tiga, yaitu deduktif (umum-khusus), induktif (khusus-umum) dan evaluatif (kritis, untung rugi, baik buruk)

Berpikir memiliki fungsi tersendiri. Ada tiga fungsi berpikir. Pertama, menetapkan keputusan. Kedua, memecahkan persoalan atau permasalahan. Berfikir kreatif dan realistis dengan melibatkan gagasan. Berfikir kreatif dan realistis itu dapat dipengaruhi olehorientasi preparasi, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.

Setiap orang akan berbeda-beda dalam cara berpikirnya. Ada yang cepat berpikirnya, ada yang biasa-biasa saja, bahkan adapula orang yang lambat dalam berpikir. Hal tersebut sangat erat sekali hubungannya dengan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir itu dipengaruhi oleh kemampuan kognitif, sikap yang terbuka, sikap yang bebas, otonom dan percaya diri.



[1] Resume dari “Psikologi Komunikasi” karya Prof. Jalaluddin Rakhmat, M. Sc.

2 komentar:

  1. ini buku jalaludin thn brpa mas?

    BalasHapus
  2. sangat membantu mas terimah kasih,
    sedikit kurang mas, tahun bukunya berapa ya mas ?

    BalasHapus