Selasa, 15 Desember 2009

AGAMA

BAB I

PENDAHULUAN

Keinginan untuk beragama merupakan suatu fitrah yang diberikan Tuhan kepada seluruh manusia. Ini adalah faktor internal yang ada pada diri setiap manusia. “Tiap-tiap manusia yang lahir ke muka bumi, membawa suatu thabi’at dalam jiwanya, yaitu thabi’at ingin beragama. Yaitu ingin mengabdi dan menyembah kepada sesuatu yang dianggapnya Maha Kuasa”.[1]

Ada beberapa hal lainnya (faktor eksternal) yang menyebabkan keinginan manusia beragama selain hal di atas. Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A. menjelaskan, “ada yang berpendapat bahwa benihnya adalah rasa takut yang kemudian melahirkan pemberian sesajen kepada yang diyakini memiliki kekuatan yang menakutkan. Memang, rasa takut merupakan salah satu pendorong utama tumbuh-suburnya rasa keagamaan”.[2] Sebagian pakar menolak rasa takut terhadap sesuatu yang memiliki kekuatan yang menakutkan ini sebagai penyebab manusia beragama. Sebagaimana Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A. menjelaskan:

Freud, ahli ilmu jiwa kenamaan itu, berpendapat bahwa benih agama muncul dari kompleks Oedipus. Mula-mula seorang anak meraskan dorongan seksual terhadap ibunya yang pada akhirnya membunuh ayahnya sendiri, karena sang ayah merupakan penghalang bagi tercapainya tujuan tersebut. Namun, pembunuhan ini melahirkan penyesalan di dalam jiwa sang anak, sehingga lahirlah penyembahan terhadap ruh sang ayah. Dari sinilah bermula rasa agama dalam jiwa manusia.[3]

Berbagai penyebab yang berbeda itu akhirnya mengakibatkan berbagai macam keyakinan dalam beragama, yaitu mulai dari animisme, dinamisme, sampai kepada agama dan kepercayaan yang masih bertahan pada saat ini. Di sinilah terjadi suatu hubungan kausalitas antara berbagai penyebab keingingan manusia beragama dengan bentuk keyakinan atau agama itu sendiri.

Kita mengetahui bahwa dari sekian banyak agama yang ada di dunia saat ini semuanya mengajarkan nilai kebaikan dan belum tentu semua agama tersebut memiliki nilai kebenaran. Alasannya logisnya adalah karena kebenaran itu tidak berbilang, kebenaran itu hanya ada satu, dan diantara sekian banyak agama yang ada pada saat ini hanya ada satu kebenaran agama. Maka oleh karena itu penulis akan mengupas kebenaran agama ini pada bab selanjutnya



[1] Agus Hakim, Perbandingan Agama: Pandangan Islam mengenai Kepercayaan Majusi, Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha dan Sikh (Bandung: CV Dipenogoro, 2004), hlm. 11.

[2] M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2004), hlm. 210.

[3] Ibid.


BAB II

LANDASAN TEORITIS MENGENAI AGAMA

1. Pengertian Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ‘sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut’.[4] Secara etimologis menurut Abu Ahmadi, ‘agama itu terdiri dari dua perkataan yaitu A berarti tidak, Gama berarti kacau balau, tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur’.[5] “kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan”.[6]

Secara terminologis, Mahmud Syaltut menjelaskan, ‘agama adalah ketetapan-ketetapan ilaahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia’.[7] Sedangkan Syekh Muhammad Abdullah Badran menjelaskan, agama adalah ‘hubungan antara dua pihak dimana yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua’.[8] Dengan demikian agama itu adalah relasi antara Tuhan dengan makhluk dimana makhluk itu menerima ketetapan-ketetapan-Nya yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup.

Agama memiliki beberapa persyaratan (qualifications). Dalam Ilmu Perbandingan Agama ada tiga hal yang menyebabkan suatu aliran kepercayaan disebut sebagai agama, yaitu:

1. Adanya ajaran-ajaran kepercayaan (aqidah).

2. Adanya ajaran-ajaran pemujaan atau penyembahan (ibadah).

3. Adanya peraturan-peraturan dalam melaksanakan hubungan terhadap Tuhan dan sesama manusia.[9]

2. Macam-macam Agama

Ada banyak sekali agama di dunia ini, daintaranya adalah Majusi, Shabiah, Sinto, Hindu, Budha, Yahudi, Kristen, Islam dan lain-lain. Setiap agama tersebut memiliki sistem kepercayaan dan sistem peribadatan tersendiri. Akan tetapi, “jika ditilik dari segi asalnya, maka semua agama di muka bumi ini dapat dibagi dua, yaitu agama samawy dan agama thabi’y”.[10]

Ada beberapa definisi mengenai agama samawy (agama langit/wahyu) ini dimana saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. “Agama samawy atau disebut juga agama langit, adalah agama yang dipercaya oleh para pengikutnya dibangun berdasarkan wahyu Allah”.[11]

Agama wahyu (revealed religion) adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Wahyu-wahyu dilestarikan melalui Al Kitab, suhuf (lembaran-lembaran bertulis) atau ajaran lisan.Agama wahyu menghendaki iman kepada Tuhan Pemberi wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu dan kepada kitab-kitab kumpulan wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh umat manusia.[12]

Menurut K.H. Agus Hakim, “agama samawy yaitu agama yang turun dari hadirat Yang Maha Tinggi, yaitu agama yang berasal dari wahyu Tuhan yang menjadikan sekalian alam ini, yang diwahyukan-Nya kepada Rasul-rasul-Nya, untuk disampaikan kepada umat mereka masing-masing”.[13]

“Di dunia ini agama-agama besar yang dianggap agama samawi diantaranya Yahudi, Nasrani, dan Islam”.[14] Agama samawy ini memiliki ciri-ciri yang khas. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

1. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat,melainkan diturunkan kepada masyarakat.

2. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan menyampaikannya.

3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.

4. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan kepekaan manusia.

5. Konsep ketuhanannya adalah : monotheisme mutlak ( tauhid).

6. Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia , masa dan keadaan.[15]

Ada beberapa definisi mengenai agama thabi’y (Ardhi/budaya) ini dimana saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. K.H. Agus Hakim menjelaskan:

agama thabi’y ialah agama yang timbul dari angan-angan khayal manusia belaka. Dinamai agama thabi’y ialah karena timbulnya agama yang demikian hanya semata-mata dorongan dari thabi’at manusia yang ingin beragama, ingin mengabdi dan memuja kepada sesuatu yang dianggapnya maha kuasa atas dirinya. Bukan berasal dari wahyu ilaahi.[16]

Dalam definisi lain ditegaskan:

Agama bukan wahyu (agama budaya/ cultural religion atau natural religion) bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam. Contohnya agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada ajaran Kong Hu Cu.[17]

Agama thabi’y ini memiliki ciri-ciri yang khas. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

1. Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya.

2. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan ( Rasul).

3. Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada akan mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya.

4. Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiranmasyarakatnya ( penganutnya).

5. Konsep ketuhanannya : dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi adalah monotheisme nisbi.

6. Kebenaran ajarannya tidak universal , yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa, dan keadaan.[18]

Berdasarkan hal di atas, maka kita dapat mengetahui dengan jelas perbedaan antara agama samawy dengan agama thabi’y tersebut. Adapun perbedaan diantara keduanya adalah sebagai berikut:

1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu tidak demikian.

2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak.

3. Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak penting.

4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu lahir di luar itu.

5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semetik.

6. Agama wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan agama bukan wahyu agama misionari.

7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan elastis.

8. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spritual maupun material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik beratkan kepada aspek spritual saja, seperti pada Taoisme, atau pada aspek material saja seperti pada Confusianisme.[19]



[4] http://www.id.wikipedia.org/wiki/Agama_samawi, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

5 http://www.dewon.wordpress.com/2007/11/04/kategori-20/, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

6 http://www.id.wikipedia.org/wiki/Agama_samawi, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

7 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2004), hlm. 209.

8 Ibid.

9 http://www.id.wikipedia.org/wiki/Agama_samawi, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

10 Agus Hakim, Perbandingan Agama: Pandangan Islam mengenai Kepercayaan Majusi, Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha dan Sikh (Bandung: CV Dipenogoro, 2004), hlm. 13.

[11] http://www.id.wikipedia.org/wiki/Agama_samawi, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

12 http://www.dewon.wordpress.com/2007/11/04/kategori-20/, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

13 Agus Hakim, Perbandingan Agama…hlm. 13.

14 http://www.id.wikipedia.org/wiki/Agama_samawi, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

[15] http://www.dewon.wordpress.com/2007/11/04/kategori-20/, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

[16] Agus Hakim, Perbandingan Agama…hlm. 13.

17 http://www.dewon.wordpress.com/2007/11/04/kategori-20/, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

[18] Ibid.

[19] Ibid.


BAB III

AGAMA SAMAWY YANG MASIH MURNI AJARANNYA

Yahudi merupakan salah satu agama yang muncul Sebelum Masehi (SM). “Yahudi sebenarnya bukanlah nama suatu agama, tetapi nama suatu bangsa, yaitu bangsa Yahudi; yang biasa disebut bangsa Israel atau Ibrani (Hebrew)”.[20] Jelasnya penamaan Yahudi ini dinisbatkan kepada Nabi Ya’kub (putra Nabi Ishaq). “Nabi Ya’kub mempunyai nama kehormatan dengan sebutan Israel, artinya: hamba Allah yang amat ta’at”.[21] Jadi dengan demikian, bangsa/Bani Israel itu adalah keturunan hamba Allah yang sangat ta’at (Ya’kub).

Nabi Ya’kub memiliki 12 putra. Putra-putranya itu adalah sebagai berikut:

1. Rubin 7. Dan

2. Simeon 8. Gad

3. Lewi 9. Asyer

4. Yahuda 10. Naftali

5. Zebulon 11. Yusuf

6. Ishakar 12. Benyamin[22]

Diantara kedua belas anaknya ini, yang menyebarluaskan ajaran agama Yahudi itu adalah Yahuda. Ia memiliki kelebihan diantara saudara-saudaranya itu, “selain banyak keturunannya, Yahuda pun terkemuka dalam berbagai hal dari saudara-saudaranya yang lain”.[23] “Dan oleh karena banyak jumlahnya dan besar golongannya, maka bangsa Israil yang lainpun telah dibangsakan pula kepada Yahuda dengan sebutan Yahudi”.[24]

Karekteristik orang-orang Yahudi itu adalah pembangkang, yaitu mereka selalu membangkang terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Sebagai buktinya adalah ketika Nabi Musa selama empat puluh hari menerima wahyu di Thursina, mereka menyembah patung anak sapi dan hal ini dipelopori oleh Samiri.

Dia (Samiri) berkata kepada mereka, bahwa Musa mengatakan kepada kita: Bahwa Tuhan itu ada, tetapi tak dapat dilihat, tetapi aku dapat memperlihatkannya kepada kamu semua, betapa rupanya dewa kita itu.

Maka dianjurkanlah kepada orang-orang Bani Israil yang dapat dipengaruhinya agar dengan segera mengumpulkan perhiasan emas mereka, anting-anting, gelang, cincin kalung dan sebagainya. Setelah terkumpul, Samiri segera melebur dan memebentuknya sebagai patung anak sapi.

Ke dalam mulut patung anak sapi itu dimasukannya segenggam pasir, yang menurut keterangannya pasir itu bekas jejak telapak kuda malaikat Jibril, yang tampak olehnya ketika Fir’aun dan tentaranya tenggelam di laut Merah. Akhirnya patung sapi itu dapat mengeluarkan suara, benar-benar seperti sapi.[25]

Itulah kesesatan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Mereka telah telah jauh dari nilai-nilai tauhid (monoteisme).

Kesesatan lainnya yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi itu adalah merubah kitab Taurat dari aslinya. Jadi kitab Taurat itu telah mengalami tabdil dan tahrif. Sebagaimana Allah SWT. berfirman di dalam al-Qur’an:

a. Dalam surat al-Maidah: 41.

( tbqèùÌhptä zOÎ=s3ø9$# .`ÏB Ï÷èt/ ¾ÏmÏèÅÊ#uqtB ...

Mereka (bangsa Yahudi) merobah-robah kalimat-kalimat firman Tuhan dari tempat yang sebenarnya…

b. Dalam surat an-Nisa: 46.

z`ÏiB tûïÏ%©!$# (#rߊ$yd tbqèùÌhptä zNÎ=s3ø9$# `tã ¾ÏmÏèÅÊ#uq¨B

Diantara orang-orang Yahudi ada yang merobah firman Allah dari tempatnya…[26]

Jadi dengan demikian, kemurnian ajaran agama Yahudi telah bercampur dengan hal-hal yang berbau syirik, serta ajarannya itu telah bercampur dengan kreasi umat Yahudi itu sendiri.

Agama samawy selanjutnya adalah Kristen atau Nashrani. Agama Kristen ini “berasal dari pengajaran Nabi Isa AS. yang telah dirobah demikian jauhnya dari pokoknya yang asli oleh penganut-penganutnya sendiri”.[27] Jadi dengan demikian, tidak jauh berbeda dengan agama Yahudi, agama Kristen pun telah bercampur dengan hal-hal yang berbau syirik, serta ajarannya itu telah bercampur dengan kreasi umat Kristen itu sendiri.

Ibnu Hazm menjelaskan klasifikasi orang Kristen serta mengemukakan kesesatan yang terjadi dalam agama Kristen. Sebagaimana Dr. Zakiah Daradjat, et. al. menjelaskan:

Dalam salah satu kitabnya yang berjudul al-Fasl fii al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal ia membagi penganut Kristen menjadi dua bagian, yakni orang Kristen yang tergolong politeistis dan sebagiannya lagi disebut orang Kristen yang memiliki kitab suci yang diwahyukan. Orang Kristen yang politeistis adalah mereka yang memiliki kitab suci yang dipalsukan oleh orang-orang Kristen dan Yahudi. Ibnu Hazm mengemukakan ayat sejumlah 78 buah yang menunjukan adanya pertentangan antara satu pasala dengan pasal yang lain, yang memungkinkan kemustahilan kitab suci orang Kristen sebagai kitab suci yang diwahyukan oleh Allah.[28]

Tidak jauh dengan Ibnu Hazm, M. Abduh pun menjelaskan mengenai kesesatan agama Kristen. Menurutnya, kesesatan-kesesatan agama Kristen itu adalah sebagai berikut:

1) Dasar agama Kristen adalah keanehan-keanehan dan keajaiban. Kitab Injil banyak mengemukakan keajaiban-keajaiban dan atas dasar itulah orang Kristen mempercayai kebenaran. Prinsip tersebut bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan apabila orang Kristen memperpegangi keajaiban, maka orang Kristen tidak memerlukan ilmu pengetahuan.

2) Agama Kristen menghindarkan diri dari dunia seperti adanya hidup membiara dan celibate. Hal tersebut merupakan pengekangan diri bagi yang ingin mementingkan dunia dan ilmu pengetahuan. Hal tersebut didasarkan atas bunyi ayat “Jangan hiraukan hari esok”.

3) Agama Kristen memupuk umatnya agar tetap percaya kepada hal-hal yang aneh walaupun bertentangan dengan ketentuan hukum alam.[29]

Agama samawy yang terakhir itu adalah agama Islam. Islam dikatakan sebagai agama penutup dari agama samawy yang ada, hal ini terjadi karena:

Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah Islam yang terakhir diturunkan Allah kepada manusia. Karena itu akan tidak ada lagi rasul yang diutus ke muka bumi. Kesempurnaan ajaran Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sesuai dengan tingkat budaya manusia yang telah mencapai puncaknya, sehingga Islam akan sesuai dengan budaya manusia sampai sejarah manusia berakhir pada Hari Kiamat nanti.[30]

Dari sekian banyak agama samawy yang ada, maka dapat dipastikan bahwa Islam lah yang masih memegang teguh kemurnian nilai-nilai ajarannya. Sebagaimana K.H. Agus Hakim menjelaskan,

…diantara tiga agama samawy yang masih ada itu, yang masih teguh dengan dasarnya yang asli yaitu tauhid, hanyalah agama Islam. Adapun agama Yahudi dan Nashrani sudah banyak kemasukan paham agama thabi’y, terutama yang paling jelas kelihatan adalah pada agama Nashrani (Kristen), dasar tauhidnya yang asli sebagai yang diajarkan Nabi Isa sudah hilang sama sekali.[31]

Argumentasi lain yang memperkuat pandangan di atas adalah “semua rasul dan nabi mengajarkan keesaan Allah (tauhid) sebagai dasar keyakinan bagi umatnya. Sedangkan aturan-aturan pengalamannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan budaya manusia pada zamannya. Karena itu diantara para rasul itu terdapat perbedaan dalam syari’at”.[32] Bahkan al-Qur’an sendiri lebih memperjelas ini semua. Al-Qur’an menjelaskan bahwa semua Nabi itu mengajarkan tauhid serta mereka menyerahkan diri mereka kepada Allah SWT. (Islam). Sebagaimana Allah SWT. berfirman di dalam surat al-Baqarah ayat 136:

(#þqä9qè% $¨YtB#uä «!$$Î/ !$tBur tAÌRé& $uZøŠs9Î) !$tBur tAÌRé& #n<Î) zO¿Ïdºtö/Î) Ÿ@ŠÏè»oÿôœÎ)ur t,»ysóÎ)ur z>qà)÷ètƒur ÅÞ$t6óF{$#ur !$tBur uÎAré& 4ÓyqãB 4Ó|¤ŠÏãur !$tBur uÎAré& šcqŠÎ;¨Y9$# `ÏB óOÎgÎn/§ Ÿw ä-ÌhxÿçR tû÷üt/ 7tnr& óOßg÷YÏiB ß`øtwUur ¼çms9 tbqãKÎ=ó¡ãB .

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".[33]



[20] Agus Hakim, Perbandingan Agama: Pandangan Islam mengenai Kepercayaan Majusi, Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha dan Sikh (Bandung: CV Dipenogoro, 2004), hlm. 38.

21 Ibid., hlm. 40.

22 Ibid.

23 Ibid.

24 Ibid.

[25] Ibid., hlm. 50-51.

[26] Ibid., hlm. 76.

[27] Ibid., hlm. 90.

[28] Zakiah Daradjat, et. al., Perbandingan Agama (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Jilid 2, hlm. 116.

[29] Ibid., hlm. 127-128.

[30] http://www.dewon.wordpress.com/2007/11/04/kategori-20/, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

31 Agus Hakim, Perbandingan Agama…hlm. 14.

[32] http://www.dewon.wordpress.com/2007/11/04/kategori-20/, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

33 Depag, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2006), hlm. 21.


BAB IV

PENUTUP

Keinginan untuk beragama merupakan suatu fitrah yang diberikan Tuhan kepada seluruh manusia. Ada dua faktor secara umum yang menyebabkan manusia beragama, yaitu faktor internal manusia itu sendiri dan faktor eksternalnya. Faktor internal itu meliputi thabi’at yang tertanam di dalam jiwa manusia. Sedangkan faktor eksternal itu meliputi rasa takut akan sesuatu yang memiliki kekuatan yang maha dasyat, rasa penyesalan terhadap sesuatu dan lain-lain.

Agama itu adalah relasi antara Tuhan dengan makhluk dimana makhluk itu menerima ketetapan-ketetapan-Nya yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup. Berdasarkan sumbernya agama itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu agama samawy dan agama thabi’y. Agama samawy itu adalah agama yang bersumber dari wahyu Tuhan. Sedangkan agama thabi’y itu adalah agama yang bersumber bukan dari wahyu Tuhan atau dapat dikatakan juga bersumber dari akal pikiran manusia itu sendiri.

Agama samawy yang masih ada pada saat ini adalah Yahudi, Kristen dan Islam. Agama Kristen sudah merusak nilai-nilai tauhid. Begitu juga dengan agama Kristen. Agama samawy yang masih mempertahankan kemurnian nilai-nilai tauhid adalah agama Islam. Agama Yahudi dan Kristen telah banyak terpengaruhi oleh agama thabi’y yang bersumber pada akal pikiran manusia semata, sehingga agama Yahudi dan Kristen telah melakukan suatu kemusyrikan. Sedangkan untuk agama Islam itu sendiri akan selalu terjaga nilai-nilai ketauhidannya sampai akhir zaman.


DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah, et. al., Perbandingan Agama. Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Jilid 2.

Depag, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2006.

Hakim, Agus, Perbandingan Agama: Pandangan Islam mengenai Kepercayaan Majusi, Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha dan Sikh. Bandung: CV Dipenogoro, 2004.

http://www.dewon.wordpress.com/2007/11/04/kategori-20/, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

http://www.id.wikipedia.org/wiki/Agama_samawi, Jum’at, 26 Juni 2009, Pukul 16.28 WIB.

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar